Menembus Batasan Stigma: Tantangan Internal Polisi Perempuan di Tempat Kerja
Meskipun telah membuktikan kompetensi di berbagai bidang, Polisi Wanita (Polwan) masih menghadapi tembok tebal berupa diskriminasi di tempat kerja. Stigma bahwa kepolisian adalah “dunia laki-laki” menciptakan berbagai Tantangan Internal yang menghambat kemajuan karier dan peran operasional mereka. Perjuangan untuk kesetaraan masih terus berlangsung.
Salah satu Tantangan Internal terbesar adalah stereotip yang melekatkan Polwan pada peran-peran yang bersifat administratif atau pelayanan. Anggapan bahwa Polwan kurang cocok di posisi lapangan berisiko tinggi atau fungsi reserse yang strategis masih mengakar. Hal ini membatasi kesempatan mereka untuk menunjukkan potensi penuh.
Keterbatasan dalam jenjang karier juga menjadi Tantangan Internal yang nyata. Polwan seringkali kesulitan mencapai posisi pimpinan atau jabatan-jabatan strategis yang setara dengan rekan pria, bahkan dengan kualifikasi yang sama. Rasio jumlah Polwan yang minim di level kepemimpinan tinggi menjadi indikator kuat adanya hambatan struktural ini.
Selain itu, Polwan juga rentan menghadapi standar ganda (double standard) dan seksisme di lingkungan kerja. Mereka sering dituntut untuk berpenampilan sesuai norma feminin, namun di sisi lain, dituntut untuk bersikap “seperti laki-laki” agar diakui di lapangan. Situasi ini menciptakan Tantangan Internal yang kompleks dan membebani.
Institusi Polri telah berkomitmen pada pengarusutamaan gender, namun implementasinya belum merata. Perlu adanya perubahan kultur yang mendalam, bukan hanya sebatas kebijakan. Edukasi tentang perspektif gender dan sanksi tegas terhadap praktik diskriminatif adalah kunci mengatasi Tantangan Internal ini.
Kehadiran Polwan adalah aset berharga yang membawa empati dan humanisme dalam penegakan hukum. Mengatasi Tantangan Internal yang mereka hadapi bukan hanya masalah kesetaraan, tetapi juga investasi untuk perbaikan citra dan peningkatan profesionalisme Polri secara keseluruhan di mata publik.
Dengan memberikan ruang yang setara dalam penempatan tugas dan promosi, Polri dapat memaksimalkan potensi seluruh anggotanya. Dukungan pimpinan dan perubahan pola pikir di semua tingkatan adalah prasyarat untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari diskriminasi bagi Polwan.
