Serabi Kalibeluk, Makanan Khas Jateng dari Desa Kalibeluk
Jawa Tengah memiliki beragam kuliner tradisional yang menggugah selera, salah satunya adalah Serabi Kalibeluk. Sesuai dengan namanya, serabi unik ini berasal dari Desa Kalibeluk, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Berbeda dengan serabi pada umumnya, Serabi Kalibeluk memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya istimewa dan menjadi incaran para pecinta kuliner.
Keunikan Serabi Kalibeluk
Serabi Kalibeluk memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari serabi lain. Dari segi ukuran, serabi ini cenderung lebih besar, dengan diameter sekitar 10 sentimeter, menyerupai bentuk mangkuk kecil. Teksturnya pun khas, berongga seperti bika ambon, namun tetap lembut dan gurih.
Proses pembuatan Serabi Kalibeluk masih sangat tradisional. Adonan dibuat dari tepung beras yang ditumbuk halus, dicampur dengan parutan kelapa dan air hingga kental. Yang lebih istimewa, proses memasaknya masih menggunakan tungku kayu dan dicetak menggunakan cobek tanah liat. Cara tradisional inilah yang dipercaya menjaga cita rasa autentik Serabi Kalibeluk.
Varian Rasa yang Menggoda
Secara tradisional, Serabi Kalibeluk hanya memiliki dua varian rasa, yaitu original dengan rasa santan yang gurih, dan rasa manis yang menggunakan tambahan gula merah atau gula aren. Namun, seiring perkembangan zaman, beberapa penjual mulai berinovasi dengan menambahkan berbagai topping kekinian seperti keju, cokelat, dan meses untuk menarik minat generasi muda.
Menikmati Serabi Kalibeluk
Serabi Kalibeluk biasanya disajikan satu tangkup atau sepasang. Rasanya yang gurih dan manis sangat cocok dinikmati selagi hangat, terutama sebagai teman minum kopi atau teh di pagi hari atau sore hari. Satu tangkup Serabi Kalibeluk cukup mengenyangkan dan bahkan bisa dinikmati bersama keluarga.
Mencari Serabi Kalibeluk
Jika Anda ingin mencicipi langsung kelezatan Serabi Kalibeluk, Anda bisa mengunjungi langsung Desa Kalibeluk, terutama di sekitar Pasar Warungasem. Biasanya, para pedagang mulai menjajakan serabi ini sejak pagi hari, sekitar pukul 06.30 WIB. Namun, seiring waktu, jumlah pedagang yang menjual jajanan tradisional ini semakin berkurang, sehingga menjadikannya cukup langka. Beberapa upaya pelestarian dan promosi pun dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menjaga eksistensi Serabi Kalibeluk.